KONDISI SEKOLAH DAERAH 3T DENGAN SEGALA KETERBATASAN
SMP Negeri Satap Ilewutung yang teletak di Desa Lamalela, Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata, Provinsi NTT ini merupakan satuan pendidikan yang berada di daerah khusus dengan topografi wilayah pegunungan. Karena letaknya berada di daerah pegunungan maka akses jalan dari ibu kota kecamatan menuju ke sekolah harus menempuh jalan dengan kondisi sangat buruk terutama di saat musim penghujan. Kondisi ini juga semakin diperparah karena tidak tersedianya sumber jaringan internet di lokasi sekitar sekolah dan lokasi pemukiman warga.
sumber : dokumentasi pribadi
Kodrat zaman dapat diartikan bahwa kita sebagai guru harus dan wajib
membekali keterampilan kepada siswa sesuai zamannya agar mereka bisa hidup,
berkarya dan menyesuaikan diri terutama dalam berdapatasi dan mengikuti laju
perkembangan IPTEK di era digital ini. Oleh karena ini sebagai seorang guru,
saya merasa sudah wajib hukumnya bagi saya untuk membekali kecakapan abad 21
bagi peserta didik saya terutama sebagai bekal literasi digital mereka
dikemudian hari. Sehingga saya perlu memperkenalkan sekaligus membiasakan anak
didik saya untuk mengakses platform-platform maupun ekosistem digital selama
pembelajaran di sekolah.
Selain itu, salah satu tuntutan Kurikulum Merdeka Sekarang adalah bagimana
kita selaku guru ditantang untuk mampu memperhatikan kebutuhan belajar siswa
baik itu kesiapan belajar, minat belajar, maupun profil/gaya belajar melalui
kegiatan pembelajaran berdiferensiasi baik itu diferensiasi konten, proses
maupun prodak. Hal ini juga membuat saya tertantang untuk bagaimana
mengembangkan dan menyajikan media pembelajaran digital di tengah segala
keterbatasan kondisi sekolah di daerah 3T, namun saya juga harus
mempertimbangkan kebutuhan gaya belajar mereka.
BERPIKIR BERBASIS ASET DAN KEKUATAN
Berangkat dari tuntutan-tuntutan diatas maka saya berusaha untuk mencari suatu inovasi pembelajaran yang dapat mengakomodir kedua tuntutan kodrat zaman dan juga kebutuhan belajar dari didik saya. Saya pun mengidentifikasi segala kekuatan dan sumber daya yang dapat menunjang implementasi kegiatan berbasis TIK di dalam kelas. Saya melihat bahwa walupun sekolah kami berada di daerah 3T, namun infrastruktur penunjang kegiatan pembelajaran berbasis digital yang dimiliki sekolah cukup mumpuni. Sekolah kami tersedia 15 unit chromebook dan 14 unit tablet advan serta sebauh router/acesspoint. Hal ini memungkingkan saya untuk mengembangkan sebuah inovasi pembelajaran digital. Inovasi yang saya lakukan adalah dengan mengembangkan sebuah ekosistem digital yang interaktif namun dapat diakses tanpa menggunakan koneksi internet. Platform digital yang dapat dijalankan secara offline adalah Learning Management System (LMS) Moodle localhost. Disamping itu ada beberapa platform digital Pendidikan yang diluncurkan oleh Kemdikbudristek dan dapat bekerja secara optimal jika diakses secara daring diantaranya Sistem Informasi Perbukuan Indonesia dan Platform Merdeka Mengajar. Walaupun Portal Rumah Belajar dan Platform Merdeka Mengajar ini dominan diakses secara daring, ada beberapa fitur dari kedua platform ini dapat diunduh sehingga dapat diakses tanpa koneksi internet sehingga fitur-fitur dari kedua platform ini dapat diintegrasikan dalam LMS Moodle localhost.
Secara umum, fitur utama yang
dimanfaatkan dari Sistem Informasi Perbukuan Indonesia (SIBI) adalah konten
audio berupa buku audio. Sedangkan untuk platform Merdeka Mengajar, fitur
yang dimanfaatkan adalah fitur Perangkat Ajar mengunduh bahan ajar berupa video
pembelajaran, buku elektronik, handout dan komik. Saya juga mengembangkan
simulasi virtual dari MS Powerpoint dan memanfaatkan simulasi virtual dari PhET Collorado untuk mengakomodir siswa gaya belajar kinestetik.
PRASMANAN KONTEN DIGITAL DALAM PEMBELAJARAN
DICOVERY LEARNING
Setelah selesai mengembangkan skema kegiatan pembelajaran dalam LMS Moodle yang terintegrasi dengan konten pembelajaran digital dari Sistem Informasi Perbukan Indonesia, Platform Merdeka Mengajar, dan PHEt maka selanjutnya diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model discovery learning. Kegiatan praktik baik ini dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 02 Oktober 2023 untuk mata pelajaran IPA kelas VII dengan materi Konsep Kalor.
Kegiatan pembelajaran dimulai dengan memberikan stimulasi/rangsangan kepada peserta didik dengan mengamati ilustrasi komik yang diunduh dari Youtube pada kegiatan “AYO MENGAMATI” dalam LMS. Guru mengarahkan peserta didik menemukan masalah dari komik yang diamati kemudian dilanjutkan memberikan pernyataan/statement berupa rumusan masalah dan hipotesis yang akan diketikan pada bagian “AYO BERPENDAPAT”. Selanjutnya peserta didik untuk membuktikan hipotesis yang telah mereka buat, peserta didik akan melakukan pengumpulan data dengan mengakses beragam konten digital yang telah tersedia pada LMS.
Berikut ini adalah demo tampilan LMS Moodle localhost yang saya kembangkan :
Dalam proses pengumpulan data untuk menjawab masalah yang ada dalam LKPD, peserta didik bebas memilih konten pembelajaran yang dirasa sesuai untuk menemukan informasi. Layaknya hidangan dalam jamuan prasmanan, siswa dapat melakukan beragam aktifitas menggunakan beberapa konten digital baik itu mendengarkan audio pembelajaran (konten gaya belajar auditori), membaca flipbook berupa komik atau bahan ajar (konten gaya belajar visual), menyimak tayangan video pembelajaran (konten gaya belajar audiovisual), bahkan melakukan simulasi virtual (konten gaya belajar kinestetik). Setelah proses pengolahan data dilakukan, peserta didik memverifikasi/membandingkan kembali kesimpulan yang dibuat pada LKPD dengan hipotesis/jawaban sementara yang telah dibuat diawal kegaiatan pembelajaran.
INTEGRASI KONTEN KEARIFAN LOKAL DAN
MEDIA ALAM SEKITAR SERTA KOLABORASI ANTAR GURU KUNCI KEBERHASILAN PEMBELAJARAN
Agar pembelajaran menjadi lebih kontekstual dengan latar belakang sosial dan kearifan lokal dalam lingkungan siswa maka saya mendesain LKPD yang mengangkat permasalahan yang berkaitan erat dengan latar belakang pekerjaan orang tua mereka serta konten budaya yang dalam penerapanya menggunakan konsep kalor. Konten permasalahan dalam LKPD yang disesuiakan dengan latar belakang mata pencaharian masyarakat di sekitar adalah seperti industri rumah tangga penyulingan arak atau dalam bahasa setempat disebut “moke” dan juga industri pengrajin batu bata. Untuk konten kearifan lokal yang saya integrasikan dalam permasalahan LKPD adalah budaya “panggang badan” bagi seorang ibu pasca melahirkan dan juga ramuan tradisional dari daun “jarak” untuk menurunkan panas/demam pada balita. LKPD Konsep Kalor terintegrasi kearifan lokal dapat diunduh disini.
Untuk membantu siswa dengan kesiapan belajar numerasi kategori dasar dan perlu intervensi khusus, saya berkolaborasi bersama rekan guru matematika di sekolah Bapak Ferdinand N. A. Odjan untuk membantu mereka meahami operasi pengurangan bilangan bulat yang bernilai negatif sehingga mereka mampu menentukan besarnya proses pelepasan kalor yang bernilai negatif. Kami memanfaatkan daun jambu mete yang sangat banyak tersedia di lingkungan sekitar sebagai media untuk membantu mereka menghitung besarnya kalor yang dilepaskan benda. Sumber praktik baik Operasi bilangan bulat memanfaatkan media daun jambu mete dapa diakses disini.
KESIMPULAN – PEMBELAJARAN LEBIH
BERMAKNA
Dari hasil pengamatan guru selama
kegiatan pembelajaran berlangsung, terlihat bahwa tingkat keaktifan peserta
didik sangat tinggi karena mereka dihadapkan pada aktivitas mandiri untuk
melakukan pengumpulan dan pengolahan data sesuai instruksi LKPD. Selain itu
mereka juga berkolaboratif dalam menyelesaikan LKPD yang dikerjakan. Selain itu
mereka juga berdiskusi untuk membandingkan dan mencari kesamaan dari informasi
yang diperoleh dari berbagai sumber digital yang di sajikan secara prasmanan.
Hasil analisis yang saya lakukan
terhadap LKPD yang dikerjakan oleh peserta didik juga menunjukan adanya
pemahaman konsep yang cukup optimal tekait menentukan hubungan antara besaran
dalam konsep kalor serta menentukan kalor yang di serap maupun dilepaskan oleh
sebuah benda. Sedangkan untuk hasil refleksi kegiatan pembelajaran yang
dilakukan oleh peserta didik menunjukan bahwa pembelajaran yang telah mereka
lakukan ini lebih bermakna dan membekas bagi mereka. Peserta didik mampu
mengingat dan memahami betul konsep Kalor yang berhubungan dengan kehidupan dan
konten budaya yang ada di lingkungan mereka.
Praktik baik berupa Prasmanan Konten
Digital yang terintergrasi dalam LMS Moodle localhost di Sekolah 3T ini juga
telah saya bagikan dalam berbagai kesempatan. Berikut ini adalah gambaran
kegiatan berbagi pengalaman praktik baik yang telah saya lakukan : Diseminasi Praktik Baik PembaTIK 2023
0 komentar:
Posting Komentar